Rabu, 30 Januari 2008

Menyoal Harga Diri

Ternyata jadi pelajar SD sekarang ini susah ya...! Pelajarannya macem-macem, pertanyaannya juga susah-susah. Seperti kasus 'harga diri' ini.
Seperti biasa, aku terkantuk-kantuk nemenin Bilal mengerjakan PR-nya. Menurutnya PR-nya kali ini gampang-gampang susah. Maksudnya, susah cari jawabnya, sehingga dia meminta aku nemenin.. nggakboleh ketiduran.
"Ibu.. apa sih 'harga diri' itu, nih pertanyaannya 'Jelaskan yang dimaksud dengan harga diri!' "
"Aduh.. apa ya nak...? ", aku sambil mikir-mikir, susah juga menjelaskan makna 'harga diri' ke anak SD kelas 3. Belum selesai aku mikir, tiba-tiba dia udah ngejawab
"Tau bu.. tau..., nih ada di buku, jawabnya 'bagaimana kita memandang diri kita' !"
"Maksudnya?"
"Ya misalnya, kalo kita memandang diri kita ini baik, ya kita baik, kalo nakal, ya.. nakal"
"oh gitu.. jadi itu tulisan di bukunya ya?"
"Iya.., udahlah..nggak usah repot-repot, jawab aja itu ya bu?"
Setengah bingung dan males mikir, aku mengiyakan. Lha mau gimana lagi... Tapi setelahnya aku coba ngomong panjang lebar, tapi belum jelas juga apa sih definisi harga diri.
Lantas besoknya, aku nyari di internet, buka wikipedia, buka kamus dlsb. Ternyata memang tidak ada satu kalimat eksak-pun yang menjelaskan apa arti kata 'harga diri', ada juga padanan katanya, atau contoh peristiwanya. Jadi, bagaimana aku bisa bilang 'kita harus punya harga diri' kalo makna 'harga diri' aja aku nggak bisa ngejelasin.
Trus.. beberapa hari kemudian, muncul lagi soal baru di PR PPKn nya, pertanyaannya "Apa pengaruh harga diri di pergaulan masyarakat?".
"apa ya bu...?"
"Aduh.. apa ya..., mungkin harus saling menghargai, menghormati?" Jawabku sambil nggak yakin juga.
"Coba nak, ibu baca bukunya, barangkali ada jawabannya"
Aku baca bab 'harga diri' itu bolak-balik, tapi ternyata memang tidak ada satu kalimat eksplisitpun yang bisa menjawab pertanyaan anakku. Oleh karena itu aku akhirnya menjawab
"Iya nak.. kayaknya jawabnya gitu deh.., kalo orang punya harga diri, maka di masyarakat dia akan bisa menghargai dan menghormati orang lain".
"Jadi orang yang nggak bisa menghormati atau menghargai orang lain, nggak punya harga diri ya bu?"
Waduh..., kesimpulannya bisa berupa kalimat negasi gitu ya..., aku bingung mau jawab iya atau nggak... akhirnya aku jawab dengan kalimat mengambang...
"Nak, kalo kita ingin dihargai oleh orang, ya... kita harus menghargai orang juga", anakku ngangguk-ngangguk, trus aku bumbui atau aku alihkan ke topik pembicaraan lain.
Tapi, apa hubungannya ya antara memiliki harga diri dengan kemampuan menghargai orang lain? Ternyata.. susah juga ya pelajaran anak SD jaman sekarang....

Alam yang berduka

Sudah 2 hari ini, senin dan selasa, tiap siang dan sore terjadi hujan besar disertai angin. Senin kemaren, tgl 28/01/08, sekitar jam 16.00 sampe 17.30 terjadi hujan yang diiringi oleh angin kencang, plus guruh petir. Pohon sampe meliuk-liuk, cipratan air hujan bergelombang menerpis kaca jendela bahkan menembus ke beberapa celah ventilasi. Atap seng berderak-derak, sebagian seperti yang mau terangkat. Pokoknya suasananya mencekam dan mengerikan. Bilal sampe mengedor-gedor pintu kamar mandi, meminta supaya aku cepat-cepat keluar dan ikut berkumpul bersama. Dia ingin semua naggota keluarga kumpul di satu tempat.
Kebetulan, sehari sebelumnya, Minggu, 27/01/08 mantan presiden Suharto baru meninggal. Nah, dikaitkan dengan peristiwa ini, tiba-tiba suamiku nyeletuk ke Bilal, 'Begitulah nak.., kalo ada pemimpin besar yang meninggal, alam juga ikut bersedih'. Entah apa tendensinya, mungkin sekedar mengingatkan aja. Meskipun Bilal belum tau, apa bener pak Harto itu pemimpin besar. Tapi dia mempertegas, 'o.. gitu ya, Yah!! Alam juga ikut sedih ya.., wah.. seperti apa ya keadaan alam waktu Nabi Muhammad SAW meninggal ? Mungkin lebih dahsyat menunjukkan kesedihannya dibandingkan sekarang?', Nah lho... aku cuma bisa ngomong 'Iya... Nak', sambil berharap, mudah-mudahan dia nggak nanya-nanya lebih lanjut, seperti apa bentuk kedukaan alam waktu itu, karena pasti aku nggak bisa jawab. Suamiku juga buru-buru ngeloyor pergi. Mungkin dia juga segen mengomentari lebih lanjut, atau mungkin, agak menyesal, keburu berucap suatu kesimpulan yang ternyata bisa digeneralisir lebih lanjut oleh anakku.