Rabu, 03 April 2013

TIMNAS ? Impian yang harus dibayar "MAHAL".


Bagi setiap pemain sepakbola, apalagi di usia muda seperti Kakak Bilal, ikut seleksi TIMNAS, atau masuk TIMNAS sama seperti mimpi.  Berbagai event diselenggarakan dengan tema seperti "Mencari pemain berbakat", "Seleksi TIMNAS", Danone, dlsb, yang ujung-ujungnya menjanjikan bahwa mereka yang menang atau lolos seleksi akan dikirim ke "luar nagreg" sebagai anggota TIMNAS.
Sayangnya, untuk ikutan event seperti itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari biaya pendaftaran (beberapa event memungut biaya pendaftaran, dengan jumlah peserta yang mendaftar hingga ratusan, padahal yang terpilih tidak sampai 50 orang) puluhan ribu rupiah per orangnya, atau ratusan ribu hingga beberapa juta untuk setiap tim, biaya persiapan (membuat kaos, jacket, membeli perlengkapan baru jika diperlukan), sampai biaya akomodasi (menginap, makan, transport) harus disiapkan. Dalam hal ini, jangan bermimpi seperti tim di luar negeri yang semuanya sudah di "tanggung" oleh klub. Untuk urusan anak-anak, orang tualah yang harus menyiapkan semua itu. Bahkan kadang-kadang orang tua harus men"subsidi" silang beberapa anak yang nampak "ditelantarkan" oleh orangtuanya, tetapi punya potensi besar, dengan cara membagi rata biaya mereka sebagai biaya yang dibebankan kepada orang tua lainnya.
Maka, dengan kondisi seperti itu, berangkatlah tim yang terakhir diikuti oleh Kakak Bilal, yaitu Saswco KU12 (disebut juga dengan Saswco 99, karena rata-rata kelahiran 1999-2000), untuk mengikuti sebuah turnamen yang disebut sebagai Liga Trisakti Joma.  Liga ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan, berlokasi di Cibubur, di lapangan sebuah SSB terkemuka yaitu ISA (singkatan dari Imran Soccer Academy).  SSB-ISA sendiri dipimpin oleh pak HM Zuchli Imran Putra, yang menurut beberapa berita, menjadi manajer TIMNAS U-12.  Entah TIMNAS beneran, atau TIMNAS "pribados" bentukannya sendiri, yang jelas tim dari ISA ini memang sering berlaga ke luar nagreg dengan mengusung bendera "TIMNAS U-12" sehingga menjadi impian banyak pemain muda ingin bergabung dengan tim ini. Konon liga ini disebut liga Trisakti Joma, karena disponsori oleh PT. Joma Indonesia, salah satu perusahaan sportswear terkenal.
Berapa biaya yang diperlukan untuk ikut turnamen ini? Entahlah...! Ibu selaku orang tua, tidak mengetahui persis berapa biaya pendaftaran, atau kalo menang dapat hadiah apa dlsb. Yang jelas, di surat pengantarnya, orangtua diminta biaya sekitar Rp.800 rb, untuk biaya pendaftaran, akomodasi dan lain-lain, dengan rincian untuk 4 kali pertandingan. Demi semangat mendukung cita-cita, ibu berusaha memenuhi biaya tersebut.
Untuk menghemat biaya akomodasi, diputuskan untuk berangkat PP Bandung-Jakarta tanpa menginap. Biaya makan juga dipangkas, dengan asumsi, mereka satu kali bertanding dan langsung pulang maka "hanya" memerlukan satu kali makan siang, tanpa snack. Asumsi setiap anak harus menyiapkan sendiri snack tambahan mereka. Supaya bisa PP, anak-anak berangkatnya pagi-pagi sekali. Untuk pertandingan pertama, anak-anak berangkat jam 4 pagi. Entahlah, berapa banyak anak yang sempet makan pagi pada jam tersebut.
Ternyata biaya ini hanya berupa biaya "eksplisit". Biaya implisit lebih banyak lagi, misalnya, untuk setiap kali pertandingan, ternyata ayah dan para orang tua "keukeuh" ingin mendampingi sang anak ke Cibubur. Maka, terjadilah biaya transportasi yang diluar dugaan. Bensin Jakarta-Bandung PP.  
Awalnya Ayah masih bisa pake mobil pinjeman gratis, tapi tetep aja kudu beli bensin kan. Naah, terakhirnya malahan Ayah kudu bayar sewaan mobil, karena mobil pinjeman gratisnya lagi dipake sama yang punya.  So, sekali pergi, Ayah harus mengeluarkan biaya sekitar 500-800 rebu.  Ditambah lagi, sampe di lokasi, ada saja pengeluaran suka rela, misalnya, menambahi konsumsi anak-anak pemain, karena, misalnya :
"Itu lho.. pada pesen konsumsi nasi padang, tapi lamaa banget matengnya, jadi kudu beli roti dulu laaah..". 
Atau :
"Kesian anak-anak itu kan pada kelaperan, jatah makan cuma sekali gitu.., ga ada snack sama sekali". 
Jadi??
"Ya.. ayah beliin mereka silperkuin n snack sejenis lah di toko Indomaret terdekat"
 Laaah... kan yang dibeliin ga cuma satu....
atau, sekali waktu :
"Ibu bisa nggak bikin nasi merah sama ayam goreng gitu, kesian anak-anak, kayaknya konsumsinya kurang banget gitu.... tambahan juga nasi buat bapak2 yang nganternya.."
Ya.. okelah... biaya tambahan lagi, tambah juga waktu buat nyiapin, lha wong berangkat subuh, kepaksa malem-malem nyiapin makanannya.
Ujung-ujungnya, kadang-kadang biaya yang harus dikeluarkan mencapai nyaris sejeti deeeh...
Kompetisi in menjanjikan bahwa "pemain yang terpilih nanti akan diberangkatkan ke ustrali sebagai timnas U-12, untuk berlaga di Kanga-cup". Konon pak Imran ini sudah sering memberangkatkan tim sejenis ke Ustrali, bahkan konon taun lalu mereka sukses di ustrali. Dengan janji tersebut, menjadi mimpi bagi setiap anak-anak untuk terpilih pada tim tersebut. Ke luar nagreg teaaa atuuuh...!! pikiraneun....!!
So, dengan semangat menggebu-gebu, anak-anak mengikuti setiap pertandingan dengan bersungguh-sungguh. Usaha anak-anak tidak sia-sia. Akhirnya mereka berhasil menembus babak final. Pada pertandingan Final, tim Saswco 99, berhadapan dengan tim tuan rumah (ISA).


Kakak Bilal, yang bermain sebagai kiper di pertandingan final ini, sempat bertemu dengan Dhanielle Daphne, yang bermain untuk tim tuan rumah.  Foto di atas menunjukkan foto tim sebelum bertanding. Dhanielle merupakan satu-satunya pemain cewek di tim lawan (tuh.. yang dilingkari).


Menurut Kakak Bilal, Dhanielle ini maennya lumayan, meskipun cewek.  Bahkan Dhanielle ini merupakan salah satu anggota "TIMNAS" binaan pak Imran yang konon sudah sering tanding di manca negara. Tapi pada pertandingan final ini, Kakak Bilal berhasil menahan tendangannya. Pertandingan berakhir dengan kemenangan tim Kakak Bilal, Alhamdulillah....



Maka tim Kakak Bilal berhasil memboyong piala juara. Sudah pasti ada rasa bangga. Lha tim yang berhasil dikalahkan juga tim yang hebat loooh...!!  Konon, pemain terbaik juga berasal dari tim Kakak Bilal.


Setelah pertandingan final dan bagi piala, diselenggarakan pertandingan yang disebut sebagai "Perang Bintang". Ha..ha..ha... meni hebooooh gitu istilahnya.... Maksudnya, pada pertandingan ini semua pemain yang dianggap bagus-bagus, dipilih dari semua tim yang ikut kompetisi, kemudian dibagi menjadi dua tim untuk bertanding. Alhamdulillah, Kakak Bilal terpilih ikut bermain bersama beberapa orang teman satu timnya. Sebetulnya pertandingan "Perang Bintang" ini hanya hiburan, semacam usaha kompilasi yang terbaik dari semua pemain yang ikutan turnamen.  Ada juga gossip yang menyatakan bahwa mereka-mereka yang terpilih pada perang bintang inilah yang konon dianggap lolos seleksi untuk membentuk "TIMNAS", yang "konon"' lagi, akan diberangkatkan ke ustrali itu laaah....!



Sorenya mereka pulang dengan wajah berseri-seri karena berhasil memboyong gelar juara. Sampe rumah ibu tanya :
"Kumaha juara teh? Dapet hadiah naon? Piala? Uang Pembinaan?"
"Aaah.. gataujuga.. piala mah jelas-jelas kapoto, tapi eta duit meneketehe..., gada beritanya"
"Oooh kitu, pan biasana mun turnamen-turnamen kitu sok aya uang pembinaan?"
"Duka teuing taaah.. Ayah juga bilang tuh ke bapak2, maenya euweuh duit2an acan. Eta liga tarkam yang diikuti Kakak Bilal waktu kelas dua SD dulu, "Liga Tengkorak", inget teu.. nu maenna di lapang nu seueur runtah teaaa.. pan juarana berhadian voucher Mc.D".
"Trus, apakah anak kita kepilih masuk "TIMNAS" yang bakal dikirim ke ustrali tersebut?"
"Ya.. ga tau juga sih.... yang jelas Kakak Bilal maen di pertandingan antar bintang tersebut. Menurut informasi dari pelatih, sebenernya kakak Bilal bisa aja kalo mau gabung ke tim yang bakal dikirim ke ustrali tersebut, tapi....."

 "Tapi apa yah??"
"Tapi katanya kudu bayar..... "
"Walaah... bayar apaan...?"
"Ya bayar laaah.. buat tiket atau akomodasi disana... , kemaren-kemaren sih sempat beredar isyu kudu bayar 25jeti kalo mau ikut. Terakhir "turun" tuh bayarannya, cuma 10 jeti aja. Barangkali sudah ada seponsor yang mau nambah-nambahin duitnya.."
"Waduuuh... mana mungkin lah kita bayar segitu..."
"Ya makanya, Ayah juga nggak maksain laaah.. "
"Kirain bakal dibayarin...."
"Enggak laaah.. yang dibayarin itu cuma satu orang pemain terbaik aja atau top score gitu laah"
"Waaah.. mana sanggup laaah...kalo kudu bayar segitu. Berarti bener juga ya Yah, gossip yang kita denger itu, konon katanya taun lalu ada temen Kakak yang keterima seleksi TIMNAS, siapa ya.. si itu looo.. tapi konon katanya kudu bayar 30 jeti apaa... dan babehnya nggak sanggup, secara babehnya itu cuma pedagang warung tenda gitu..."
"Ya begitulah sepertinya..."
Hm.. percaya ndak percaya.. akhirnya ibu nemu berita juga.. ternyata emang bener.. bayar...!! Konon keberangkatan "TIMNAS" besutan pak Imran ini tidak disponsori pemerintah, tapi usaha mandiri orang tua dan mungkin ada tambahan biaya dari sponsor.

Pantesan Dhanielle Dhapne bisa kemana-mana (ha....ha....ha... sirix.com), ternyata buat jadi anggota "TIMNAS" impian tersebut, mereka tidak hanya dituntut pintar maen bola, tapi juga kudu mampu "mbayar"...
Selesai turnamen, kakak Bilal piknik ke Yogya, berangkat Rabu balik Sabtu pagi. Eeeh.. Jumat siang kakak Bilal "galau". Rupanya di-sms oleh salah satu pengurus timnya, konon diajak ikutan "seleksi TIMNAS Jabar".  Walaah.. seleksi apa pulak tuuh.. ada gitu "TIMNAS Jabar"? Ha..ha..ha.. Konon bayar 30 rebu sajah. Konon kakak Bilal sangat ingin ikut sehingga minta tolong Ayah untuk mendaftarkan. 
"Kapan gitu seleksinya?"

"Gatau .. katanya sih sabtu siang"

"Laah.. kamu kan balik dari Yogya aja Sabtu pagi, mosok sabtu siang dah mau ikutan seleksi? Apa ndak capek??"

"Nggak Yah.. pengen niiih!!"

"Kalo kamu percaya sama Ayah, ga usah ikutan seleksi itu. Jangan-jangan itu cuma event nyari duit. Mosok bikin seleksi sering-sering amat siih.. kalo emang mau seleksi, ya udah aja dicari dari masing-masing klub atau dari hasil pertandingan gitu.. repot amaat..."
Akhirnya Kakak Bilal nggak jadi ikutan seleksi, dan seperti dugaan, Sabtu siang sepulang dari Yogya, kakak Bilal balas dendam tidur..... soale semalaman sebelumnya cuma tidur di bis.
Mungkin karena si Ayah makin ndak cucok dengan tingkah-laku  para pengurus tim kakak yang satu ini, ditambah lagi (lagi-lagi masalah aneh bin lucu), konon pelatih tim yang sukses membawa tim Kakak Bilal menjadi juara, malahan keluar karena konflik, akhirnya Ayah memutuskan untuk reses sementara dari tim tersebut. Ayah berkirim SMS ke salah satu pengurus, menyatakan pamit dan say tengkyu. Jawabannya :
"Mangga....!!"
Tak lama kemudian, Ayah menerima sms dari salah satu pelatih yang masih bergabung dengan tim tersebut. Sang pelatih bertanya "Kenapa keluar pak? Kan sayang....padahal anak bapak sudah mau dimasukan ke TIMNAS Jabar".
Jelaslah ayah senyum-senyum baca sms tersebut. Laah.. gimana mau masuk? Ikutan seleksi aja kagak..!!
Ya sudahlah Nak..kayanya jangan terlalu hirau sama seleksi-seleksi yang nggak jelas gitu...
Sepertinya tunda saja dulu mimpimu bergabung dengan "TIMNAS" tersebut. Ayo bangun dan tekuni dunia nyata...giat berlatih.. mudah-mudahan suatu saat ada tawaran masuk "TIMNAS" yang nggak usah mbayar pake duit, tapi pake daun...eh.. salah.... maksudnya pake prestasi.