Sabtu, 22 Maret 2014

Selamat Jalan Faldy

Jadi inget duluuuu banget, gimana ya rasanya kelihangan teman, gimana ya rasanya ketika orang yang lebih muda dari kita, pergi mendahului kita?  Konon rasanya lebih sakiiiiit daripada melihat yang sudah tua.  Konon kalo yang sudah berumur, kemudian pergi meninggalkan kita, kita bisa lebih cepat ikhlas....daripada yang masih muda.. ada rasa... aduuuh.. susah banget untuk dikatakan, susah banget untuk bisa ikhlas... meskipun ya harus ikhlas juga..

So, ini tentang faldy, lengkapnya Rifaldy Hafidz..
Siapa Rifaldy?
Pertama kenal Faldy, sebagai teman sekelas kakak waktu kelas satu di SD BPI dulu.  Hari-hari pertama sekolah dimana anak-anak masih belum bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya, banyak yang masih suka nangis, takut ditinggal dlsb.   Hari itu ibu inget sekali, ibu menunggui kakak dari samping jendela. Hari itu hari pertama ulangan. Di sebelah ibu duduk seorang ibu-ibu yang juga berkali-kali melongokan kepalanya ke dalam kelas, memantau anaknya.  Kemudian hari ibu kenalan dan ternyata anaknya bernama Rifaldy. 
Kakak dan Rifaldy terus sekelas sampai mereka kelas 3 dan kakak pindah sekolah.  Selama itu, selalu ada-ada saja cerita lucu tentang Rifaldy, yang diceritakan kakak di rumah. Rifaldy anak yang ramah, lucu, setia kawan, tidak sombong dan suka membela yang sedang direndahkan oleh teman-temannya.
Sering ibu ikut ketawa mendengar komentar-komentar faldy,  yang disampaikan kakak. Misalnya, sekali waktu kakak bercerita, bahwa banyak teman-temannya yang asbun, alias asal ngomong, mengomentari tentang personil Kangen Band, yang konon dulunya punya profesi beragam. Ada yang bilang eks pengamen, ada yang bilang eks pedagang kaki lima.. eeeh.. ada teman kakak yang nyeletuk : "Bekas Maling ngkali...!!". 
Segera faldy menimpali..."Maling apaaaaaan??? Maling popok??", saking kesalnya faldy dengan temennya yang asal jeplak tadi..
Memang faldy orang yang sederhana, simple, senang melucu, ramah dan tidak suka jika temannya dipojokkan. Dia tidak pernah memilih-milih teman, dan cenderung setia kawan. Faldy suka mencairkan suasana jika ada temennya yang sedang ribut...

Faldy, kelas tiga SD, selalu bercanda di kelas

Faldy, berpose bersama teman-teman, Kelas 3 SD.
Sekali waktu, kakak pernah pulang membawa mainan, monyet-monyetan kecil, lucu..kira-kira segede jempol, ada dua warna, yang satu biru, yang satu lagi ijo. Kata kakak, kakak beli dari Faldy, harganya dua ribuan... Sampe sekarang maenan tersebut masih menghias lemari mainan, dan menjadi mainan favorit adek Ayu, karena ekspresi monyetnya lucu.
Setelah kakak naek kelas 4, kakak berpisah dengan Faldy karena pindah sekolah. Eeeh, tak disangka, di SMP, kakak ketemu Faldy lagi.
"Bu, inget nggak sama faldy, temen Bilal dulu waktu SD ?"
"eeh yang mana ya..?"
"Ituuu yang suka melucu dan humoris...?"
"Oh iya.. ibu inget, kenapa?"
"Kita ketemu lagi bu, di SMP"
"Waah, ibu ikut seneng nak, apa dia masih inget sama kamu?"
"Justru dia yang nyapa duluan.. anaknya baik dan nggak sombong bu..!!"
Ya, ibu tau, Rifaldy memang baik dan tidak sombong. Banyak temen-temen kakak yang dulunya pernah satu SD atau satu TK, rada-rada jaim nggak terlalu suka nyapa ke kakak.  Tapi Rifaldy beda, begitu ketemu, mereka langsung akrab kembali.
Tetapi sayang, keakrabannya tidak berlangsung lama, karena perbedaan minat dan teman sepermainan. Kakak Bilal sibuk dengan temen-temen main bolanya, sedangkan Rifaldy mungkin bergabung dengan teman-teman lainnya.
Ibu mungkin nggak akan inget faldy, hingga suatu sore, ibu pulang, tapi kok kakak nggak ada di rumah.  Kata ayah, kakak nengok temennya di rumah sakit Borromeus.  Tumben, ibu pikir.. apakah temennya yang kemaren sakit Typhus??  Kata ayah, bukan, entah sapa, ayahnya juga nggak terlalu nanya detil, siapa yang ditengok, pokoknya konon sakitnya parah dan kakak keukeuh mau nengok, meskipun awalnya dilarang Ayah.
Setengah jam kemudian kakak pulang, wajahnya keliatan kusut dan tegang. Ibu tanya.. siapa yang sakit?
"Faldy bu... faldy... tabrakan.."
"Faldy mana??"
"Faldy.. temen Bilal dulu.. waktu SD? Inget nggak bu??"
 Oooh iya.. ibu inget.. fadly yang suka ngelucu itu kaaan...? Faldy yang humoris..?
Yaaa ibu.. faldy kecelakaan....!!
Masya Allah...!!
Lalu mengalirlah cerita kakak... Konon, Kamis 20 Maret, sepulang sekolah, Faldy dan teman-temannya bermaksud mampir ke rumah salah seorang temannya di daerah Sadang Serang.  Mereka naek motor bertiga. Faldy duduk ditengah.  Helm cuma satu dan itu motor Faldy.  Yang pake helm tentunya yang mbawa motor.  Kira-kira di depan SMP-SMA Nasional, mereka berpapasan dengan motor dari arah yang berlawanan, terjadilah tabrakan yang tidak bisa dihindari. Entah bagaimana cerita persisnya, pokoknya faldy terjatuh dan mungkin terlindas mobil atau motor yang lain.  Dua temannya hanya luka ringan, yang mbawa motor nggak apa-apa, yang duduk di belakang Faldy juga nggak apa-apa.  Tapi Faldy terluka parah, kepalanya berdarah hebat, konon terlihat luka menguak, bahunya juga disinyalir cedera.  Penduduk dan teman-teman segera membawa faldy ke rumah sakit, mereka mencegat angkot yang lewat. Rupanya ada beberapa motor teman-temannya yang berombongan mau mampir ke salah seorang rekannya tadi. Mereka beramai-ramai membawa faldy dan dua temannya ke Borromeus.  Sampe di Borromeus, faldy segera dirawat intensif. Orangtuanya dihubungi. Ayah dan keluarganya segera datang.  Ketika kakak pulang, konon faldy sedang menjalani operasi yang ketiga. Selama kakak menengok dan menunggu, faldy sudah menjalani dua kali operasi.  Menurut kakak, yang sempat mendengar penjelasan pak Dokter, nampaknya cedera di kepala faldy sangat hebat sehingga dokter juga tidak yakin akan hasil operasinya. Peluangnya 50%, dan kemungkinan akan cacat mental, kalaupun pulih, demikian penjelasan pak Dokter. 
Mendengar itu semua, kakak dan teman-temannya syok. Tak pernah terbayangkan oleh mereka sebelumnya, bahwa itu akan dialami oleh Faldy, teman mereka, yang saat istirahat siang masih bercengkrama dengan mereka.  Bahkan kakak sempat ngobrol ketika berpapasan di toilet, hanya faldy tampak agak pendiam.  Karena waktu sudah semakin malam, akhirnya kakak pulang. Esoknya, satu sekolah mendoakan faldy.. perwakilan guru mengunjungi orangtua faldy di Rumah sakit, menyatakan keprihatian dan menyampaikan doa dari teman-temannya.  
tweet dari teman-temannya....

Jumat siang ibu sempetin nengok.  Melihat faldy tergeletak di tempat tidur, dengan kepala di balut perban, selang dimana-mana, ibu nggak kuat menahan sedih. Ibu nggak ngebayangin seperti apa perasaan ibunya.  Semoga mereka diberi kekuatan dan ketabahan.... Ibu sempat ngobrol sedikit dengan suster. Menurut suster, memang keadaannya sekarang stabil, denyut jantung teratur, tapi kondisinya koma, dan keliatannya belum ada perkembangan ke arah yang baik, suster bilang, masih dalam keadaan kritis. Oaalaah.. .menurut kakak yang langsung menengok kamis kemaren, luka di kepalanya cukup parah, kepalanya bengkak hebat dan yang terkena benturan seperti yang berlubang. Darah membasahi seluruh sweater yang dipakainya, sungguh pemandangan yang mengguncang kakak dan teman-temannya.
Malamnya kakak gelisah, semalaman teman-temannya saling berkirim kabar via BBM, Line, Path dan media lainnya. Beredar kabar simpang siur.  Konon faldy sudah meninggal, tapi konon ada yang bilang belum. Rupanya alat pemantau detak jantung sempat berhenti beberapa saat, tapi kemudian terlihat denyutan jantung kembali... Semalaman kakak gelisah mengenang faldy, sampe-sampe nggak bisa tidur..
Pagi ini, waktu ibu liat status BBM kakak, bertuliskan Innalillahi..Selamat Jalan Faldy...!! Ibu terhenyak, akhirnya faldy pergi juga.. 

Salah satu postingan temannya di ask.fm
Rasa sedih langsung menjalar ke setiap persendian, rasa pilu dan linu juga menjalar di sekujur badan ibu. Ibu membayangkan, betapa sedihnya orangtuanya, betapa masih panjang perjalanan seorang Faldy.  Ibu akhirnya berkelana, mengunjungi situs teman-teman faldy, melihat-lihat respon temannya. Nampaknya semua teman-temannya terguncang, mereka berduka-cita, mereka benar-benar kehilangan. Simak saja beberapa tanggapan mereka. Bahkan sang pacar, merilis twit ke Ridwan Kamil, memohon bantuan doanya...  Tapi akhirnya Allah SWT memanggil faldy lebih cepat. Itulah skenario terbaik buat Faldy, tetapi jauh di dasar hati ibu, ada semacam pelajaran.. kapan yaaa orang tua itu berhenti mengijinkan anak-anaknya naik motor. Mereka baru 15 tahun.  Mereka hanya membuat "kesalahan kecil" yaitu naik motor bertiga dan tidak pake helm. Sedangkan kesalahan besar, pastilah mereka punya, misalnya... nggak punya SIM. Oaalaaah.. resikonya dua, ditabrak orang atau menabrak orang. Memang siih.. semuanya sudah takdir Allah SWT, tetapi.. andaikan kita bisa mencegah.. andaikan kita bisa mengajari mereka agar jangan mengendarai motor sampai mereka cukup umur, minimal mereka lebih siap di jalan.
Menurut kakak, ada beberapa sifat umum teman-temannya kalo naek motor. Begitu motornya disusul, mereka segera ngotot ingin menyusul. Kakak juga pernah sekali mengalami kecelakaan ringan, jatuh dari motor ketika dibonceng temennya. Konon temennya ingin menyalip motor lain.  Sejak itu, kakak kapok dibonceng motor temennya. Memang.. semuanya sudah suratan takdir, tapi.. alangkah baiknya jika kita cegah anak kita naik motor sampai mereka cukup dewasa untuk mengendarainya.
Bukan sekali ini kisah anak celaka naik motor.  Sebelumnya ada berita, seorang anak, umur 15 tahunan juga, meninggal seketika akibat kecelakaan di daerah Lembang. Padahal beberapa hari sebelumnya anak tersebut diliput di koran lokal, yang dengan bangganya memberitakan bahwa anak tersebut bermain cemerlang di sebuah kompetisi sepakbola. Hilang sudah.. satu calon pemain hebat... menebar nyawanya di jalan..!!

Faldy (kanan) yang sekarang sedang gemar mendaki gunung. Foto ini keliatannya di gunung Papandayan (sumber akun twitter @rifaldyhafidz
Kembali ke Faldy, ibu bukannya nggak ikhlas, atau ingin menyalahkan orang lain. Hanya rasa sedih di dalam hati ini begitu mendalam... masih terbayang keceriaannya, masih jauh perjalanannya, masih banyak cita-citanya.. tapi semuanya berakhir secara mendadak, sejak Kamis, 20 Maret, siang hari.  Selamat jalan Faldy, semoga Allah memberikan tempat yang terbaik disisiNya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, dan semoga apa yang terjadi pada dirimu menjadi pelajaran bagi semua, bagi anak-anak dan orang tua yang lainnya.
 Aneh yaaa... sedihnya masih terasa hingga berhari-hari.. sampe-sampe ibu nggak kuat tiap liat video ini..



Minggu, 02 Maret 2014

Belajar Tari Bali


Memutuskan apa yang pertama kali ingin dikenalkan kepada anak memang susah-susah gampang. Tapi, berhubung sejak dulu ibu berprinsip ogah mengenalkan kepada anak les-lesan yang berbau pelajaran, seperti les kumon, les bahasa Inggris, de-el-es-be, maka buat adek, ibu putuskan ingin mengenalkan tari Bali. 
Lho kok tari Bali? Padahal nggak ada satupun di keluarga ibu dan ayah yang menekuni tari atau menjadi seorang penari. Ibu aja nggak bisa nari, ayah apalagi. Mendadak tiba-tiba suddenly ibu pengen adek Ayu belajar nari Bali? Apa alesannya?
Alesannya, ya simple aja, sebenernya ibu pengen anak-anak ibu tuh menguasai salah satu kesenian, entah maen musik, entah nyanyi atau nari. Bukan buat prestasi, atau buat keren-kerenan. Hanya sekedar penyeimbang, melatih otak kanan, melatih ketrampilan, sekedar refreshing, de-el-el.  Naah, tiba-tiba ibu tertarik dengan tari Bali, dengan alasan, ini tari tradisional Indonesia yang sudah menjadi trade-mark Indonesia di mata dunia. So.. selaku anak Indonesia, menurut ibu sih, nggak ada salahnya kan kalo mempelajari budaya dan kesenian bangsa sendiri. 
Lha kenapa nggak nari yang lain? tari Jawa, tari Sunda, tari Jaipongan? Alesannya.... kayaknya adek lucu deeh kalo udah pake kostum nari Bali.  Sebenernya sebulan yang lalu waktu adek sama ibu maen ke Taman Lalu Lintas, kita melihat sejenis pasanggiri tari Jaipongan gitu. Pesertanya anak-anak kecil, mereka langsung lari-lari setelah selesai nari, lengkap dengan kostum tarinya, mereka sibuk naek turun perosotan, maen ayunan, dan laen-laen. Adek keliatannya takjub melihat mereka menari, plus juga melihat kostum mereka. Trus ibu tanya, adek mau belajar nari? Adek mengangguk. Tapi persepsinya ya tari balet, maklum pengaruh tontonan dan pergaulan mungkin... ke -barbie-barbie- an.. ha..ha...ha.. 
Trus, bagemana cara ibu meyakinkan adek untuk belajar nari Bali. Ibu kasih alesan, pertama, kalo tari Balet itu ribet dan mahal. Kudu beli sepatu laah, rok rumbai-rumbai lah, baju senam laaah. Blum nanti misalnya keterusan seneng, kan ribet, bajunya ngetat banget gitu.. (alesaaan... padahal, takut tak mampu beli kostumnya..he..he.). Lagian, dari surfing-surfing ke google, kayaknya rada-rada elit dan borju gitu laah. Ibu rada-rada males. Rata-rata biayanya mahal, sekitar 100-200 rebuan gitu. Nah, kalo nari Bali, modal awal nggak usah bawa macem-macem. Cukup pake sarung dan iket pinggang aja. Ibu yakinkan adek bahwa sebaiknya belajar nari mumpung masih kecil. Nanti kalo udah gede kan malu, pake baju kelek kemana-mana, gual-geol di depan orang banyak. Nanti kalo udah gede, tinggal ngajarin anak kecil nari aja.. Nampaknya alesan ibu bisa diterima adek, so adek setuju-setuju ajah.
Langkah berikutnya mencarikan informasi tentang tempat belajar tari Bali. Kalo jadwalnya oke, lokasinya oke, biayanya terjangkau, dan sekian kondisi yang mendukung lainnya, ibu akan mempertimbangkan adek untuk ikut tari Bali. Tanya-tanya mbah Google, ternyata ada beberapa tempat belajar nari Bali di Bandung. Beberapa diantaranya:
  • Githa Saraswati, Jl.Dr. Otten no.15 Bandung.  Ini tempat nari yang udah lama banget kayaknya. Setau ibu, sejak ibu SMP ada temen ibu yang bener-bener serius nari Bali disini dan konon sudah sering manggung dimana-mana, menang berbagai kompetisi tari Bali. Cuma nggak tau tuh gimana ceritanya sekarang.. he..he.. Tapi ibu nggak bisa milih tempat ini dengan alesan jauh dari lokasi tempat tinggal ibu dan susah rute angkotnya.
  • Sanggar Tari Bali Asmarandana,Jl Situ Cileunca 2, Cijagra.  Dari blog-nya nampaknya nggak ada info terbaru, jangan-jangan udah tutup lagi.. Lagian lokasinya jauh banget dari tempat ibu. So.. nggak jadiii aaah... 
  • Sanggar Tari Natya Nataraja, Gelanggang Generasi Muda  (GGM) Bandung, Jl. Merdeka. Sebenernya boleh juga niih, deket lokasinya, murah lagi, Konon buat ikutan cukup bayar biaya pendaftaran 60 rebu, trus bayar les narinya 75 rebu, narinya 2x seminggu. Rabu dan Sabtu, jam 14.00-17.00.  Muraah banget loo biaya segitu. Cuma, waktunya ibu rada-rada susah. Rabu jam 14-17 kan ibu lagii dimanaa gitu, kudu pulang dulu, jemput adek, trus kesono.. Hm.. rada-rada repot. Alternatif kedua latihan di gedung RRI Bandung, Jl. Diponegoro, hari Minggu, jam 14-18 (gileee 4 jam, apa ndak capek tuuh).  Tapi lagi-lagi rada ribet ke arah sono hari Minggu maah, apalagi siang, banyak godaannya. 
  • Sanggar Tari Sekar Tampaksiring, Jl. Ciung Wanara no.18.  Naah ini dia, dekat dan hemat. Kayak slogan supermarket aja. Segera ibu buka blognya, trus baca-baca infonya. Ternyata latihannya cuma 1x seminggu. Minggu pagi aja, jam 8-10 an. Cucok laah, dekat dengan tempat kita, Biaya pendaftaran juga nggak mahal, cuma 60 rebu, dan biaya les bulanannya 60 rebu juga. 
So suatu sore ibu sempetin mampir ke sanggar ini. Ternyata sanggar ini merangkap asrama mahasiswa Bali. Jadi waktu ibu mampir, berhubung bukan saat latihan, ruang tamunya penuh dengan para mahasiswa bertaburan. Hahaha... ibu tanya-tanya info dan dapet info bahwa ibu bisa mulai membawa adek latihan hari Minggu. Ternyata latihan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pemula dilaksanakan hari minggu jam 07.30-09.00.  Sesi mahir jam 09.00-11.00.  Biaya pendaftaran tetap 60rebu cuma biaya les bulanannya naek dikit, jadi 75rebu. Tapi ya relatif murah laah segitu.  So ibu putuskan untuk mendaftarkan adek Ayu ke sanggar ini.

Penampakan Sanggar Tari Sekar Tampaksiring, Jl. Ciung Wanara no. 18 Bandung

Para orang tua yang sedang menunggu anak-anaknya latihan tari

Ini latihan yang ke berapa ya??? Masih pada kaku gerakannya..he..he..
Latihan pertama ayu nggak bawa apa-apa, karena begitu daftar langsung latihan. Konon menurut kakak pembina, sebaiknya minggu depan ayu membawa kaen dan staples pengikat kain. Tari pertama yang harus dikuasai adalah tari Pendet. Tiga kali latihan, yeey.. masih kaku banget laah. Konon ada yang sudah latihan 3 - 4 bulan ya masih kaku. Mungkin pengaruh usia juga. Konon kata gossip, usia 5-6 tahun belajar nari Bali itu masih rada susah. Yaaa iyaaa laaah, wong ngajarin tari pak-tani dan bu tani buat anak TK aja susahnya minta ampyuuun. Apalagi ngajarin nari serius seperti tari Bali. 

Kakak-kakak pengurus sanggar lagi sibuk ngurusin administrasi, ngabsenin, nyatet iuran, dlsb. Tampak belakang sederetan piala hasil capaian sanggar, bukti keseriusan pengelolaan sanggar tari.
Sekitar sebulan latihan, eeeh konon mereka akan membuat semacam pentas bersama, yang konon akan disatukan dengan agenda kegiatan Mahagotra Ganesha, unit kesenian tari Bali, milik mahasiswa ITB.  Konon pentas ini akan diikuti oleh berbagai sanggar tari Bali yang ada di Bandung. Mungkin semacam ujian kenaikan tingkat.  Pentasnya sendiri diperkirakan bulan April 2014. So.. frekuensi latihan terpaksa ditambah jadi 3x seminggu. Tapi yaa namanya nak-anak.. tetep aja masih pada kaku. Tapi pentas ini kesempatan emas. Kesempatan anak-anak itu berani tampil di panggung.. nggak peduli narinya udah bener apa belum.. he..he....Barengan Ayu nari, ada sekitar 6-8 anak yang seumuran. Rata-rata berusia 5-7 tahun, dan masih duduk di TK atau kelas 1. Ada dua tiga anak yang sudah kelas dua, dan mungkin sudah berlatih lebih lama. Keliatan gerakannya sudah lebih luwes. Bahkan ada juga mungkin yang sudah SMP atau SMA, tapi baru belajar menari. Sudah tentu mereka lebih cepat belajar dan lebih luwes.
 

Eeeh... ternyata guru utamanya bapak-bapak lho. Pak Nengah, yang konon mantan penari profesional

Kadang-kadang diiringi live music juga, yang langsung ditabuh oleh sang Pelatih.
Tapi, biar bagemanapun ibu tetap seneng mengantar adek latihan nari. Nggak peduli gerakannya masih ribet... yang penting kuncinya nggak boleh bosen. Ibu bayangin, mungkin kegiatan ini akan terus berlangsung bertahun-tahun. Mungkin sampe adek tamat SD, nggak tamat-tamat belajar narinya. Lhaa wong untuk menguasai satu tarian perlu waktu berbulan-bulan. Intinya, nggak ada ketrampilan yang instant. Semuanya perlu waktu, ketekunan dan pengorbanan.  Ibu nggak mikirin soal berbakat atau tidak berbakat. Toooh targetnya bukan prestasi, tapi yang penting mampu menguasai hingga level tertentu. Sudah cukuplaaah.. Target lainnya, ya minimal adek punya bekal ketrampilan sederhana dan mengenal salah satu budaya bangsa sendiri.


Cuplikan latihan tari yang ke berapa yaaa.. ke lima kayaknya

Cumaaa... ada cuma nya niih.. Waktu awal-awal, supaya adek semangat latihan narinya, pulang latihan ibu selalu menjanjikan adek buat naek kuda. Tapi lama-lama tekor juga euy. Biaya naek kudanya lebih mahal dari biaya tari bulanan.  Lah itu sekali naek kuda bayar 20 rebu satu puteran. Adek nggak pernah merasa cukup satu kali puter. Minimal 3x, pernah sampe 5x. Deeeuh.. keenankan si penjaga kudanya dooong. 

 
So.. setelah beberapa minggu, ibu berusaha mengalihkan kegiatan naek kuda ini dan Alhamdulillah sukses...(jadi nggak perlu obral janji naek kuda lagi setelah nari).